Sekolah Rakyat Terintegrasi 37 Kota Serang Tampung 97 Siswa dari Beragam Latar Belakang dan Cerita Kehidupan

Sejak diresmikan pada 30 September 2025, Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 37 Kota Serang telah menjadi harapan baru bagi anak-anak yang sempat terhenti pendidikannya. Sekolah ini berdiri sebagai bagian dari program strategis nasional untuk memperluas akses pendidikan bagi masyarakat yang kurang beruntung, terutama anak-anak putus sekolah. Hingga kini, sekolah yang terletak di wilayah padat penduduk itu telah menampung 97 siswa, terdiri dari 47 siswa jenjang SD dan 50 siswa jenjang SMP. Kapasitas sekolah mencapai 100 siswa dengan empat rombongan belajar yang dipandu oleh tenaga pendidik berdedikasi tinggi.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Fanisa Akmal, menjelaskan bahwa sebagian besar siswa Sekolah Rakyat Serang merupakan anak-anak yang pernah berhenti sekolah atau mengalami keterlambatan belajar. Menurutnya, setiap anak membawa latar belakang dan pengalaman hidup yang berbeda. “Ada yang sudah lama putus sekolah, ada pula yang baru pertama kali mengenal pendidikan formal. Kami menyambut mereka dengan semangat dan kasih agar mereka bisa memulai kembali perjalanan belajarnya,” ujar Fanisa. Ia menambahkan, masa adaptasi menjadi tantangan besar bagi para siswa, terutama bagi yang masih duduk di kelas rendah SD.

Beberapa siswa tinggal di asrama sekolah sehingga masih sering merindukan keluarga. Untuk membantu mereka beradaptasi, pihak sekolah menerapkan kegiatan harian yang menyenangkan dan menjadwalkan penjemputan dua minggu sekali agar anak-anak bisa bertemu orang tua. “Kami ingin mereka merasa aman, disayangi, dan tidak kehilangan kehangatan rumah. Sekolah ini bukan sekadar tempat belajar, tapi juga tempat tumbuh,” tutur Fanisa. Pendekatan ini terbukti efektif menciptakan lingkungan pendidikan yang ramah anak dan penuh empati.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Anisa Kamila, menambahkan bahwa keberagaman kemampuan siswa justru menjadi kekuatan utama sekolah. Ia menegaskan, setiap guru di Sekolah Rakyat Serang dituntut untuk menerapkan metode pembelajaran yang kreatif, kontekstual, dan berbasis pengalaman. “Tidak semua anak belajar dengan cara yang sama. Ada yang cepat memahami lewat praktik, ada juga yang perlu dibimbing lebih intensif. Karena itu kami mengombinasikan permainan edukatif, kegiatan eksploratif, dan pembelajaran berbasis kehidupan nyata agar mereka merasa terlibat,” jelas Anisa.

Lebih dari sekadar capaian akademik, Anisa menekankan bahwa misi utama sekolah adalah memulihkan rasa percaya diri siswa. “Banyak dari mereka yang dulu merasa gagal atau tidak mampu. Di sini kami ingin menumbuhkan keyakinan bahwa setiap anak bisa belajar, tumbuh, dan berhasil,” ujarnya penuh keyakinan. Perubahan positif mulai tampak: anak-anak yang dulunya pemalu kini berani berbicara di depan kelas, aktif bertanya, dan menunjukkan semangat belajar yang tinggi. “Perubahan kecil itu berarti besar bagi kami. Karena di sinilah makna sejati pendidikan — membangkitkan kembali harapan anak-anak untuk masa depan mereka,” tutupnya dengan senyum bangga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *