Saudara-saudara, mari kita jujur pada diri sendiri. Aksi yang belakangan berubah menjadi anarkis justru membuat suara kita semakin lemah. Bukan hanya itu, dampaknya juga menimbulkan penderitaan yang luas. Kantor pelayanan publik terbakar, sehingga pegawai negeri tidak bisa bekerja melayani masyarakat. Banyak pekerja swasta terpaksa WFH dengan penuh keterbatasan karena lingkungan perusahaannya tidak aman. Fasilitas umum, gedung-gedung, bahkan kendaraan rusak terbakar, meninggalkan kerugian besar yang pada akhirnya menimpa rakyat sendiri. Yang lebih menyedihkan, ada nyawa yang hilang dalam kericuhan ini. Pertanyaannya, apakah ini benar tujuan dari perjuangan kita?
Ingatlah, aspirasi akan lebih kuat jika disampaikan dengan solusi, bukan hanya emosi. Amarah yang meledak tanpa arah hanya merusak perjuangan kita sendiri. Tuntutan yang seharusnya diperjuangkan dengan bermartabat, malah tercoreng oleh kerusakan dan korban jiwa. Apa arti suara rakyat jika yang terdengar hanyalah teriakan dan kerusakan yang menakutkan masyarakat luas? Suara rakyat seharusnya membawa harapan, bukan menghadirkan ketakutan. Jika kita ingin benar-benar didengar, cara kita menyampaikan aspirasi harus menunjukkan kedewasaan dan tanggung jawab.
Karena itu, mari kita berpikir jernih. Tolak ajakan yang merusak dan mencederai demokrasi. Jangan biarkan provokator atau kepentingan tersembunyi menunggangi perjuangan kita. Aksi anarkis tidak akan mempercepat perubahan justru memperlambatnya, bahkan membuat rakyat kecil semakin menderita. Jika kita ingin diperhatikan, sampaikan tuntutan dengan cara yang bermartabat, terukur, dan memberi ruang pada solusi. Hanya dengan begitu suara kita bisa masuk ke ruang pengambilan keputusan, bukan terhenti di jalanan yang penuh api dan air mata.
Mari hentikan kerusuhan, jaga ketenangan, dan arahkan energi perjuangan ini pada hal-hal yang membawa manfaat nyata. Biarkan masyarakat kembali bekerja dengan tenang, pedagang berjualan tanpa rasa takut, dan anak-anak belajar dalam suasana damai. Bangsa ini butuh ketenangan agar roda ekonomi tetap berjalan dan kebutuhan rakyat tetap terpenuhi. Perubahan pasti bisa kita wujudkan, tapi hanya jika kita memilih kepala dingin, bukan amarah.
Ingatlah, solusi nyata selalu lebih penting daripada emosi.