Rektor Universitas Malikussaleh, Herman Fithra, menyatakan dukungan penuhnya terhadap wacana penambahan empat Batalyon Teritorial di Aceh yang mencakup bidang kesehatan, pangan, dan konstruksi. Menurutnya, langkah ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk mencapai kemandirian, terutama dalam sektor pangan dan energi. Sebagai alumni Lemhannas, Herman menekankan bahwa bangsa Indonesia harus lepas dari ketergantungan terhadap negara asing. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, ia menilai sudah sepatutnya Indonesia memaksimalkan kekuatan internal untuk memenuhi kebutuhan strategis bangsa. Di mata Herman, TNI adalah institusi yang paling siap digerakkan untuk menjalankan misi besar ini, terutama karena kemampuannya dalam mobilisasi dan kedisiplinan struktural.
Herman juga memandang program Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Niko Fahrizal, sebagai langkah tepat dalam memperkuat karakter agraris Aceh. Ia menyebutkan bahwa penambahan batalyon bukan hanya soal kekuatan militer, tetapi juga menyangkut penguatan sosial-ekonomi. Menurutnya, keberadaan Batalyon Teritorial akan membuka peluang lebih besar bagi putra-putri Aceh untuk bergabung sebagai anggota TNI, sekaligus menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan pemuda. Ia menegaskan bahwa TNI tidak hanya hadir untuk berperang, tetapi juga menyatu dengan rakyat dalam situasi damai. Program-program seperti ketahanan pangan, pembangunan infrastruktur, dan pendampingan masyarakat menjadi bentuk nyata dari fungsi damai TNI yang patut dihargai.
Lebih lanjut, Herman menyoroti masih banyaknya lahan-lahan tidur di Aceh yang belum tergarap optimal. Ia menilai, dengan melibatkan Batalyon Pembangunan, lahan-lahan tersebut bisa diubah menjadi lahan produktif demi mendukung ketahanan pangan nasional. Ini menjadi salah satu contoh konkret bagaimana TNI dapat terlibat langsung dalam pembangunan daerah. Ia juga menyebut bahwa penambahan batalyon akan berdampak positif secara ekonomi karena hadirnya ratusan prajurit baru akan menghidupkan roda ekonomi daerah. Aktivitas belanja, interaksi sosial, dan perputaran uang yang meningkat otomatis akan memberi efek berganda terhadap pertumbuhan ekonomi lokal.
Herman menegaskan bahwa penambahan empat batalyon tidak boleh dipandang sebagai langkah militerisasi Aceh atau upaya mempersiapkan perang. Ia menyayangkan pandangan sempit sebagian pihak yang selalu mengaitkan kehadiran TNI dengan ancaman keamanan. Menurutnya, pendekatan seperti itu sangat sempit dan merugikan. Justru, TNI kini diarahkan untuk ikut menyukseskan program-program nasional, termasuk pengembangan ekonomi hijau, energi alternatif, dan ketahanan pangan. Sebagai akademisi, ia mengajak masyarakat untuk memiliki perspektif lebih luas dan tidak parsial dalam menilai setiap kebijakan negara, apalagi yang berkaitan dengan pertahanan dan pembangunan nasional.
Di akhir pernyataannya, Herman mendorong generasi muda Aceh, terutama lulusan-lulusan sarjana dari berbagai bidang seperti pertanian, kesehatan, hukum, dan teknik, untuk ikut serta dalam membangun bangsa melalui jalur militer. Ia menjelaskan bahwa program rekrutmen TNI kini terbuka luas bagi mereka yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi untuk bergabung sebagai prajurit karier. Menurutnya, selain menjadi jalan pengabdian, masuk TNI juga memberikan kesempatan untuk mengangkat kesejahteraan keluarga dan ikut serta dalam pembangunan daerah. Ia menutup pernyataannya dengan mengingatkan pentingnya wawasan kebangsaan dan keterlibatan aktif semua elemen masyarakat dalam menyukseskan visi besar Presiden Prabowo untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, kuat, dan sejahtera.