BPS Catat Program Makan Bergizi Gratis Jadi Penggerak Utama Sektor Pertanian dan Industri Pangan

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terbukti tidak hanya berdampak sosial dalam meningkatkan asupan gizi anak-anak, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, program unggulan Presiden Prabowo Subianto tersebut menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya permintaan domestik pada triwulan III-2025. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menjelaskan bahwa kebijakan fiskal pemerintah yang fokus pada efektivitas belanja publik, termasuk melalui implementasi MBG, berhasil memperkuat daya tahan ekonomi nasional di tengah tantangan global.

Sektor pertanian menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari pelaksanaan program MBG, dengan pertumbuhan mencapai 6,51 persen. Permintaan terhadap daging ayam dan telur ayam ras meningkat tajam karena kebutuhan bahan baku untuk penyediaan menu bergizi di sekolah-sekolah dan pesantren. Sementara itu, subsektor tanaman pangan mencatat lonjakan pertumbuhan hingga 9,94 persen, didorong oleh meningkatnya produktivitas dan luas panen padi. Ketersediaan bahan pokok yang melimpah memastikan pasokan pangan nasional tetap stabil selama pelaksanaan program.

Efek berganda (multiplier effect) dari program MBG juga tercermin pada sektor industri pengolahan makanan dan minuman yang tumbuh 6,49 persen. Peningkatan produksi pangan olahan mendorong aktivitas industri kecil dan menengah, termasuk usaha mikro yang menjadi mitra penyedia makanan bergizi. Selain itu, sektor transaksi digital dan e-commerce juga mengalami peningkatan sebesar 6,19 persen, seiring pemanfaatan platform daring untuk distribusi bahan pangan dan produk lokal. UMKM kuliner dan pertanian pun memperoleh pasar yang lebih luas berkat keterlibatan dalam rantai pasok MBG.

Dari sisi ketenagakerjaan, program MBG memberikan dorongan signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja baru. Hingga Agustus 2025, BPS mencatat tambahan 1,9 juta tenaga kerja, terutama di sektor pertanian, peternakan, serta industri makanan dan minuman. Dampaknya, tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 4,85 persen, menandakan perbaikan nyata di lapangan kerja. “Fokus pemerintah memperkuat ketahanan pangan sekaligus mendukung implementasi MBG telah membawa efek positif bagi perekonomian,” ungkap Edy Mahmud.

Untuk memperkuat dampak ekonomi program, Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar (Imin) menegaskan pentingnya penggunaan bahan dan peralatan produksi lokal dalam pelaksanaan MBG. Ia mencontohkan model sukses Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq di Kabupaten Bandung, yang menjadi agregator petani dan UMKM produsen pangan lokal. “Semua harus mengandalkan produksi dalam negeri. Kalau sudah stabil, jangan lagi menggunakan barang di luar UMKM dan koperasi,” tegas Imin. Pendekatan ini diharapkan membangun ekosistem ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan, sekaligus menjadikan MBG sebagai penggerak utama ekonomi rakyat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *